BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Didalam
masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya.
Masyarakat terbentuk dari individu-individu. Individu-individu yang terdiri
dari berbagai latar belakang tentu akan membentuk suatu masyarakat
heterogen yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial. Dalam kelompok-kelompok
sosial inilah maka akan terbentuk suatu pelapisan yang tanpa disadari sendiri
oleh masyarakat.
Sifat perhubungan antara manusia dan lingkungan masyarakat pada umunya adalah
timbal balik, artinya orang seorang itu sebagai anggota masyarakat, mempunyai
hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap pemerintah dan
negara. Beberapa hak dan kewajiban penting ditetapkan dalam undang-undang
sebagai hak dan kewajiban asasi. Untuk dapat melaksanakan hak dan kewajiban ini
dengan bebas dari rasa takut perlu adanya rasa jaminan.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan
pelapisan sosial itu sendiri?
2. Apa saja teori pelapisan
sosial?
3. Apa saja dasar pembentukan
pelapisan sosial?
4. Apa saja sifat pelapisan
sosial?
5. Bagaimana terjadinya pelapisan social.
C.
Tujuan
Adapun tujuan penulis adalah untuk memenuhi
tugas dalam mata kuliah Qiroatul Qur’an, selain
itu juga ada beberapa tujuan diantaranya :
a.
Mengetahui lebih jauh tentang Pelapisan Sosial
b.
Untuk menambah wawasan dan pengalaman kami sebagai mahasiswa/ i.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pelapian Sosial
Pelapisan social disebut juga stratifikasi
atau stratification berasal dari kata STRATA atau STRATUM yang
artinya LAPISAN. Karna itu social stratification sering
diterjemahkan dengan pelapisan masyarakat. Sejumlah induvidu yang memiliki
kedudukan (status) yang sama menurut ukuran masyarakat, dikatakan berada dalam
suatu lapisan atau stratum.
Pengertian pelapisan social menurut beberapa
ahli, diantaranya yaitu:
1. Pitirim A. Sorokin bahwa
pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis).
2. P.J. Bouman menggunakan istilah
tingkatan atau dalam bahasa belanda disebut stand, yaitu golongan manusia yang
ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa
tertentu dan menurut gengsi kemasyarakatan.
3. Drs. Robert M.Z. Lawang adalah
penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke
dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan
prestise.
B.
Beberapa Teori Tentang Pelapisan Sosial
Bentuk konkrit daripada pelapisan masyarakat
ada beberapa macam. Ada yang membagi pelapisan masyarakat seperti:
1)
Masyarakat terdiri dari Kelas Atas (Upper Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).
2)
Masyarakat terdiri dari tiga kelas, yaitu Kelas Atas (Upper Class), Kelas
Menengah (Middle Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).
3)
Sementara itu ada pula sering kita dengar : Kelas Atas (Upper Class), Kelas
Menengah (Middle Class), Kelas Menengah Ke Bawah (Lower Middle Class) dan Kelas
Bawah (Lower Class).
Para pendapat sarjana memiliki tekanan yang
berbeda-beda di dalam menyampaikan teori-teori tentang pelapisan masyarakat.
seperti:
- Aristoteles membagi
masyarakat berdasarkan golongan ekonominya sehingga ada yang kaya, menengah,
dan melarat.
-Prof.Dr.Selo
Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH.MA menyatakan bahwa
selama didalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai olehnya dan setiap
masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya makan barang itu akan
menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapis dalam
masyarakat.
-Vilfredo
Pareto menyatakan bahwa ada 2 kelas yang senantiasa berbeda setiap
waktu, yaitu golongan elite dan golongan non elite.
-Gaotano
Mosoa, sarjana Italia. menyatakan bahwa di dalam seluruh
masyarakat dari masyarakat yang sangat kurang berkembang, sampai kepada
masyarakat yang paling maju dan penuh kekuasaan dua kelas selalu muncul ialah
kelas yang pemerintah dan kelas yang diperintah.
-Karl
Marx, menjelaskan secara tidak langsung tentang pelapisan
masyarakat menggunakan istilah kelas menurut dia, pada pokoknya ada 2 macam di
dalam setiap masyarakat yaitu kelas yang memiliki tanah dan alat-alat produksi
lainnya dan kelas yang tidak mempunyai dan hanya memiliki tenaga untuk
disumbangkan di dalam proses produksi.
C.
Dasar-Dasar Pembentukan Pelapisan Sosial
1. Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat
dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial
yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk
lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, barang
siapa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah.
Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal,
benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya
dalam berbelanja.
2. Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau
wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan
sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas
dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat
menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan
wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
3. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari
ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati
akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran
kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka
sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para
orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.
4. Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh
anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang
paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem
pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini
biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang
disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor
ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat
negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai
tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha
dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya
dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.
D.
Sifat Stratifikasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari
sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Stratifikasi Sosial Tertutup
(Closed Social Stratification)
Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana
anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas vertikal. Walaupun ada
mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas horisontal saja. Contoh:
- Sistem kasta.
Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di
lapisan Brahmana.
- Rasialis.
Kulit
hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di
posisi kulit putih.
-
Feodal.
Kaum
buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan/majikan.
2. Stratifikasi Sosial Terbuka
(Opened Social Stratification)
Stratifikasi ini bersifat dinamis karena
mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata dapat bebas melakukan
mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal. Contoh:
-
Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya.
-
Seorang yang tidak/kurang pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan asal ada
niat dan usaha.
3. Stratifikasi Sosial Campuran
Stratifikasi sosial campuran merupakan
kombinasi antara stratifikasi terbuka dan tertutup. Misalnya, seorang Bali
berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia
pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka, ia harus
menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
E.
Terjadinya Pelapisan Sosial
Terjadinya Pelapisan Sosial terbagi menjadi 2,
yaitu:
1. Terjadi dengan Sendirinya
Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan
masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu
dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh
masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh karena
itu sifat yang tanpa disengaja inilah yang membentuk lapisan dan dasar dari
pada pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu, dan kebudayaan masyarakat
dimana sistem itu berlaku.
2. Terjadi dengan Sengaja
Sistem pelapisan ini dengan sengaja ditujukan
untuk mengejar tujuan bersama. Dalam sistem ini ditentukan secara jelas dan
tegas adanya kewenangan dan kekuasaan yang diberikan kepada seseorang.
Didalam sistem organisasi yang disusun dengan
cara sengaja, mengandung 2 sistem, yaitu:
1) Sistem
Fungsional, merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya
berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang sederajat.
2)
Sistem Skalar, merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari
bawah ke atas ( Vertikal ).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
· Pengertian pelapisan sosial
atau stratifikasi adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat
secara vertikal (bertingkat).
· Teori tentang pelapisan sosial
ada tiga, yaitu:
1.
Masyarakat terdiri dari Kelas Atas (Upper Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).
2.
Masyarakat terdiri dari tiga kelas, yaitu Kelas Atas (Upper Class), Kelas
Menengah (Middle Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).
3.
Kelas Atas (Upper Class), Kelas Menengah (Middle Class), Kelas Menengah Ke
Bawah (Lower Middle Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).
· Dasar-dasar pembentukan
pelapisan sosial:
1. Ukuran kekayaan,
2. Ukuran kekuasaan dan wewenang,
3. Ukuran kehormatan, dan
4. Ukuran ilmu pengetahuan.
· Sifat Stratifikasi Sosial:
1.
Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification),
2.
Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification), dan
3.
Stratifikasi Sosial Campuran.
· Terjadinya Pelapisan Sosial:
1.
Terjadi dengan Sendirinya, dan
2.
Terjadi dengan Sengaja
B.
Saran
Bagi para
pembaca , penulis berharap agar ini dapat dipahami dan diterapkan dalam
kehidupan bermasyarakat. Tidak ada lagi pelapisan yang negative tetapi
menerapkan pelapisan yang positif